HTML/JS

Senin, 18 November 2013

Manajemen Pengendalian



1. Definisi Pengendalian (Controlling)

Istilah pengendalian dalam bahasa Inggris disebut controlling, yang oleh Dale (dalam Winardi, 2000) dikatakan bahwa, “The modern concept of control provides a historical record of what has happened and provides date the enable the executive to take corrective steps”.
Sujamto (dalam Silalahi, 2002) lebih tegas mengatakan bahwa pengendalian adalah segala usaha atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang sedang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki serta sesuai pula dengan segala ketentuan dan kebijakan yang berlaku.

Sementara Sarwoto (dalam Febriani, 2005) mengatakan bahwa, ”pengendalian adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki”.

Berdasarkan definisi ketiga ahli di atas dapat di tarik kesimpulan, pengendalian adalah usaha-usaha yang digunakan agar pekerjaan yang di kerjakan berjalan sesuai rencana yang dikehendaki.

2. Langkah-Langkah dalam Pengendalian

Mockler (1984) membagi pengawasan dalam 4 langkah yaitu :

1. Menetapkan standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja Standar yang dimaksud adalah criteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-titik yang terpilih didalam seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja tersebut guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan.

2. Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja Pengukuran prestasi kerja idealnya dilaksanakan atas dasar pandangan kedepan, sehingga penyimpangan-pennyimpangan yang mungkin terjadi ari standar dapat diketahui lebih dahulu.

3. Menetapkan Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan Standar Yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar manajer akan menilai bahwa segala sesuatunya beada dalam kendali.

4. Mengambil Tindakan Korektif Proses pengawasan tidak lengkap bila tidak diambil tindakan untuk membetulkan penyimpangan yang terjadi. Apabila prestasi kerja diukur dalam standar, maka pembetulan penyimpangan yang terjadi dapat dipercepat, karena manajer sudah mengetahui dengan tepat, terhadap bagian mana dari pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja, tindakan koreksi itu harus dikenakan.

3. Tipe-tipe Pengendalian dalam Manajemen

Dalam pengawasan terdapat beberapa tipe pengawasan seperti yang diungkapkan Winardi (2000). Fungsi pengawasan dapat dibagi dalam tiga macam tipe, atas dasar fokus aktivitas pengawasan, antara lain:

a. Pengawasan Pendahuluan (preliminary control)

Prosedur-prosedur pengawasan pendahuluan mencakup semua upaya manajerial guna memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya dibandingkan dengan hasil-hasil yang direncanakan. Dipandang dari sudut prespektif demikian, maka kebijaksanaan¬kebijaksanaan merupakan pedoman-pedoman untuk tindakan masa mendatang. Tetapi, walaupun demikian penting untuk membedakan tindakan menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan mengimplementasikannya. Merumuskan kebijakan-kebijakan termasuk dalam fungsi perencanaan sedangkan tndakan mengimplementasi kebijaksanaan merupakan bagian dari fungsi pengawasan.

Pengawasan pendahuluan meliputi:

1. Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia.

2. Pengawasan pendahuluan bahan-bahan.

3. Pengawasan pendahuluan modal.

4. Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya finansial

b. Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control)

Concurrent control terutama terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor yang mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka. Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk:

1. Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode¬-metode serta prosedur-prsedur yang tepat.

2. Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Proses memberikan pengarahan bukan saja meliputi cara dengan apa petunjuk-petunjuk dikomunikasikan tetapi ia meliputi juga sikap orang-orang yang memberikan penyerahan.

c. Pengawasan Feed Back (feed back control)

Sifat kas dari metode-metode pengawasan feed back (umpan balik) adalah bahwa dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan-tindakan masa mendatang.

Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak dilakukan oleh dunia bisnis yaitu:

1. Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)

2. Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis).

3. Pengawasan Kualitas (Quality Control)

4. Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluation)

4. Kontrol Proses Manajemen

Proses pengendalian manajemen adalah suatu proses yang menjamin bahwa sumber-sumber diperoleh dan digunakan dengan efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. dengan kata lain, pengendalian manajemen dapat diartikan sebagai proses untuk menjamin bahwa sumber daya manusia, ffisik dan teknologi dialokasikan agar mencapai tujuan menyeluruh. pengendalian manajemen berhubungan dengan arah kegiatan manajemen sesuai dengan garis pedoman yang sudah ditentukan dalam proses perencanaan strategi.

Proses manajemen adalah daur beberapa gugusan kegiatan dasar yang berhubungan secara integral, yang dilaksanakan di dalam manajemen secara umum, yaitu proses perencanaan, proses pengorganisasian, proses pelaksanaan dan proses pengendalian, dalam rangka mencapai sesuatu tujuan secara ekonomis.


Sumber:

http://cikeindah.blogspot.com/2013/11/tulisan-3-mengendalikan-fungsi-manajemen.html http://id.shvoong.com/social-sciences/2068148-lankah-langkah-pengendalian-manajemen/#ixzz2l1kcEiC2

http://answers.yahoo.com/question/index?qid=20100912232359AAGip8x

http://ricoadam-noah.blogspot.com/2013/01/13pengawasan-dan-131-tipe-tipe.html

Jumat, 01 November 2013

Teori Motivasi Dan Contoh Kasus



PENDAHULUAN

Definisi Motivasi Menurut Ahli


Apa itu motivasi? Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja individu, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk tercapainya tujuan. Motivasi merupakan hasil interaksi antara individu dengan situasi. Setiap individu memiliki dorongan motivasional dasar yang berbeda-beda. Dalam menganalisis konsep motivasi harus diingat bahwa tingkat motivasi berbeda-beda antara setiap individu serta antara individu dengan situasi. Saat ini secara virtual semua orang baik praktisi maupun sarjana, mempunyai definisi motivasi sendiri, umumnya dalam definisi dimasukkan kata-kata: hasrat, keinginan, harapan, tujuan, sasaran, kebutuhan, dorongan, motivasi, dan insentif. Beberapa definisi motivasi menurut para ahli, antara lain:

1. Motivasi merupakan proses psikologis yang meningkatkan dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan (Kreitner & Kinicki, 2003)

2. Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seorang karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku (Gibson,1996)

3. Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya (Robins, 2007)

4. Motivasi merupakan proses yang dimulai dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau insentif (Luthans, 2006)

5. Keadaan internal yang merangsang seseorang untuk bertindak ke arah tertentu dan membuatnya tetap menjalankan aktivitas tersebut, adalah definisi motivasi (Mayer, 2002)

Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena manajer/pimpinan membagikan pekerjaan kepada untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan.

Teori-Teori Motivasi

Teori Drive Reinforcement


Teori ini berdasarkan atas hubungan antara sebab dan akibat dari perilaku dengan kompensasi. Teori ini bisa didefinisikan sebagai teori – teori dorongan tentang motivasi, perilaku dirorong ke arah tujuan oleh keadaan – keadaan yang mendorong dalam diri seseorang atau binatang. Pada dasarnya teori drive mengatakan hal – hal sebagai berikut: Ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu didorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong. Teori ini terbagi menjadi dua jenis penguatan, yaitu :

1. Positive Reinforcement , yaitu bertambahnya frekuensi perilaku , terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat .

2. Negative Reinforcement , yaitu bertambahnya frekuensi perilaku , terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat .

Terdapat empat konsep dasar yang perlu dipahami dengan jelas , yaitu :

1. Perangsang ( drive )

2. Stimulus

3. Tanggapan

4. Penguat

Teori Harapan


Teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik (Victor Vroom dalam Robbin 2003).

Karena ego manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik baik saja, daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang terkandung dari harapan yang akan diperolehnya pada masa depan (Hasibuan, 2001).

Apabila harapan dapat menjadi kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah kerjanya. Sebaliknya jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjdadi malas.
Teori ini dikemukakan oleh Victor Vroom (dalam Hasibuan, 2001) yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep penting, yaitu:

• Harapan (Expentancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku. Harapan merupakan propabilitas yang memiliki nilai berkisar nol yang berati tidak ada kemungkinan hingga satu yang berarti kepastian

• Nilai (Valence) adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu tertentu.

• Pertautan (Inatrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengn hasil tingkat ke dua.Vroom mengemukakan bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang berkisar antara –1 yang menunjukan persepsi bahwa tercapinya tingkat ke dua adalah pasti tanpa hasis tingkat pertama dan tidak mungkin timbul dengan tercapainya hasil tingkat pertama dan positip satu +1 yang menunjukan bahwa hasil tingkat pertama perlu dan sudah cukup untuk menimbulkan hasil tingkat ke dua.

Teori Tujuan
Teori penetapan tujuan atau goal setting theory awalnya dikemukakan oleh Dr. Edwin Locke pada akhir tahun 1960. Lewat publikasi artikelnya ‘Toward a Theory of Task Motivation and Incentives’ tahun 1968, Locke menunjukkan adanya keterkaitan antara tujuan dan kinerja seseorang terhadap tugas. Dia menemukan bahwa tujuan spesifik dan sulit menyebabkan kinerja tugas lebih baik dari tujuan yang mudah. Beberapa tahun setelah Locke menerbitkan artikelnya, penelitian lain yang dilakukan Dr. Gary Latham, yang mempelajari efek dari penetapan tujuan di tempat kerja. Penelitiannya mendukung persis apa yang telah dikemukakan oleh Locke mengenai hubungan tak terpisahkan antara penetapan tujuan dan kinerja. Pada tahun 1990, Locke dan Latham menerbitkan karya bersama mereka, ‘A Theory of Goal Setting and Task Performance’. Dalam buku ini, mereka memperkuat argumen kebutuhan untuk menetapkan tujuan spesifik dan sulit.

Lima Prinsip Penetapkan Tujuan

1. Kejelasan.

2. Tantangan.

3. Komitmen.

4. Umpan balik (Feedback).

5. Kompleksitas tugas.

1. Kejelasan

Tujuan harus jelas terukur, tidak ambigu, dan ada jangka waktu tertentu yang ditetapkan untuk penyelesaian tugas. Manfaatnya ketika ada sedikit kesalahpahaman dalam perilaku maka orang masih akan tetap menghargai atau toleran. Orang tahu apa yang diharapkan, dan orang dapat menggunakan hasil spesifik sebagai sumber motivasi.

2. Menantang

Salah satu karakteristik yang paling penting dari tujuan adalah tingkat tantangan. Orang sering termotivasi oleh prestasi, dan mereka akan menilai tujuan berdasarkan pentingnya sebuah pencapaian yang telah diantisipasi. Ketika orang tahu bahwa apa yang mereka lakukan akan diterima dengan baik, akan ada motivasi alami untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Dengan catatan sangat penting untuk memperhatikan keseimbangan yang tepat antara tujuan yang menantang dan tujuan yang realistis.

3. Komitmen

Tujuan harus dipahami agar efektif. Karyawan lebih cenderung memiliki tujuan jika mereka merasa mereka adalah bagian dari penciptaan tujuan tersebut. Gagasan manajemen partisipatif terletak pada ide melibatkan karyawan dalam menetapkan tujuan dan membuat keputusan. Mendorong karyawan untuk mengembangkan tujuan-tujuan mereka sendiri, dan mereka menjadi berinisiatif memperoleh informasi tentang apa yang terjadi di tempat lain dalam organisasi. Dengan cara ini, mereka dapat yakin bahwa tujuan mereka konsisten dengan visi keseluruhan dan tujuan perusahaan.

4. Umpan balik (Feedback)

Umpan balik memberikan kesempatan untuk mengklarifikasi harapan, menyesuaikan kesulitan sasaran, dan mendapatkan pengakuan. Sangat penting untuk memberikan kesempatan benchmark atau target, sehingga individu dapat menentukan sendiri bagaimana mereka melakukan tugas.

5. Kompleksitas Tugas

Faktor terakhir dalam teori penetapan tujuan memperkenalkan dua persyaratan lebih untuk sukses. Untuk tujuan atau tugas yang sangat kompleks, manajer perlu berhati-hati untuk memastikan bahwa pekerjaan tidak menjadi terlalu berlebihan. Orang-orang yang bekerja dalam peran yang kompleks mungkin sudah memiliki motivasi tingkat tinggi. Namun, mereka sering mendorong diri terlalu keras jika tindakan tidak dibangun ke dalam harapan tujuan untuk menjelaskan kompleksitas tugas, karena itu penting untuk memberikan orang waktu yang cukup untuk memenuhi tujuan atau meningkatkan kinerja. Sediakan waktu yang cukup bagi orang untuk berlatih atau mempelajari apa yang diharapkan dan diperlukan untuk sukses. Inti dari penetapan tujuan adalah untuk memfasilitasi keberhasilan. Oleh karena itu pastikan bahwa kondisi sekitar tujuan tidak menyebabkan frustrasi atau menghambat orang untuk mencapai tujuan mereka. Penentuan tujuan adalah sesuatu yang diperlukan untuk kesuksesan. Dengan pemahaman teori penetapan tujuan, kemudian dapat secara efektif menerapkan prinsip-prinsip untuk tujuan yang akan ditetapkan.


Teori Kebutuhan


Hirarki kebutuhan Maslow mengikuti teori jamak yaitu seseorang berperilaku atau bekerja, karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Maslow berpendapat, kebutuhan yang diinginkan manusia berjenjang. Maslow mengemukakan lima tingkat kebutuhan, sebagai

berikut:

    Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan yang harus dipuaskan untuk dapat tetap hidup, termasuk makanan, perumahan, pakaian, udara untuk bernafas, dan sebagainya.

    Kebutuhan keselamatan dan keamanan

Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan.

    Kebutuhan sosial

Kebutuhan sosial adalah kebutuhan teman, interaksi, dicintai, dan mencintai, serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat lingkungannya.

    Kebutuhan akan penghargaan

Kebutuhan akan penghargaan adalah kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan diri dari karyawan dan masyarakat lingkungannya.

    Aktualisasi diri

Aktualisasi diri adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan, keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa.

ARTIKEL

Artikel 1


“Sebanyak 6112 orang PNS dan tenaga 6000 honorer akan mendapat kenaikan tunjangan mereka Syaiful Bahri berharap kenaikan tunjangan ini akan mampu mendongkrak kinerja pegawai sehingga semakin meningkatkan pelayanan serta pendapatan daerah“, Merupakan kutipan artikel yang di ambil dari

http://www.situsriau.com/read-2001-14157-2013-08-27-bupati-rohul-tambah-tunjangan-pns-dan-honorer--.html

Analisisnya mangacu pada teori drive reinforcement adalah bila seseorang diberi penguatan positif maka perilaku yang di harapkan akan meningkat. Begitu juga dengan kinerja pegawai bila di beri penguatan berupa upah yang dinaikkan maka yang diharapkan adalah terjadi peningkatan kinerja pegawai.

Artikel 2

“Seorang anak baru gede (ABG) di Pematang Siantar, BS (17), mencuri buah cokelat milik warga untuk memberi makan enam adiknya. Aksi pencurian cokelat itu diketahui pemiliknya. Akibatnya, BS digelandang ke kantor Polsek Siantar Utara, Pematang Siantar, Sumatera Utara.

“Aku mencuri cokelat buat beli nasi. Enam adikku belum makan. Mamak lama pulang, makanya mau kujual cokelat itu untuk beli nasi bungkus dan roti," kata BS kepada petugas Polsek Siantar Utara.”, Merupakan kutipan arikel yang diambil dari http://manado.tribunnews.com/2013/05/14/enam-adiknya-kelaparan-abg-ini-nekat-curi-buah-cokelat

Analisisnya di ambil dari teori kebutuhan. Dalam kasus terlihat bahwa kebutuhan dasar fisiologis adalah penyebab utama mengapa anak tersebut mencuri. Karena kelaparan maka ia nekat mencuri cokelat untuk memenuhi rasa laparnya tersebut.



Artikel 3


“Walikota Medan, Drs H Rahudman Harahap MM, mengatakan penghargaan yang diterima Kota Medan dalam bidang kinerja penyelenggaraan pemerintahan kota berdasarkan hasil Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) terhadap Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) tahun 2011 menjadi momentum bagi aparatur Pemko Medan untuk meningkatkan kinerja memberikan pelayanan kepada masyarakat”, Kutipan yang diambil dari http://www.starberita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=97299:-penghargaan-ekppd-jadi-momentum-tingkatkan-kinerja-pelayanan-&catid=134:hukum&Itemid=728

Analisis dari teori kebutuhan maslow bisa di lihat dari tingkat yang ke-4 yaitu kebutuhan akan penghargaan. Didalam artikel diungkapkan bahwa penghargaan meningkatkan kinerja dari pegawai pemerintahannya.

Artikel 4

“Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Siti Fadjrijah, menyatakan target pertumbuhan pangsa aset perbankan syariah sebesar lima persen pada akhir 2008 bukan merupakan angka mati, tapi spirit untuk maju bagi perbankan syariah. Saya sudah katakan target lima persen bukan harga mati tapi spirit untuk maju menggaet industri perbankan syariah agar berjalan satu arah. Jadi, dengan adanya target semua pihak harus jalan ke sana, tidak masing-masing, kata Siti Fadjrijah, di Jakarta, Rabu (24/10)”. Kutipan yang di ambil dari http://www.pelita.or.id/baca.php?id=38407

Analisis yang dilakukan adalah berdasarkan teori tujuan dari Lokce, bahwa target BI untuk mencapai pertumbuhan sebesar 5% akan meningkatkan kinerja seluruh pegawai karena disana ada target yang ingin dicapai.

Sumber :

http://fid23.blogspot.com/2013/01/teori-penetapan-tujuan.html, diakses terakhir 1 November 2013

Mayer, R. E. (2002). The promise of educational psychology, vol. II: Teaching for meaningful learning. New Jersey: Pearson Education

Hasibuan, Melayu SP. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi Bumi Aksara

Gibson, Ivancevich, and Donelly. (1996). Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Jilid 1, edisi kedelapan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki. (2000). Perilaku Organisasi. Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat.

Robbins, Stephen P dan Timothy A.Judge. (2008). Perilaku Organisasi (Organizational Behavior), Jilid 1, edisi kedua belas. Jakarta: Salemba Empat

http://kumpulan-teori-skripsi.blogspot.com/2011/09/teori-harapan.html, diakses terakhir 1 November 2013

Jumat, 27 September 2013

Komunikasi & Leadership


Definisi Komunikasi

Kita sebagai makhluk social tentunya takkan pernah dari yang namanya komunikasi. Mulai dari terbangun dari tidur hingga terlelap lagi pasti kita memerlukan komunikasi dalam hidup. Komunikasi adalah kebutuhan kita karena tanpa komunikasi manusia sulit untuk bias hidup. Komunikasi ada yang secara verbal maupun nonverbal, namun apa yang di maksud dengan komunikasi itu sendiri ?

http://kampungjampung.files.wordpress.com/2012/01/leader.jpg  

Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya berbagi (Stuart,1983, dalam Vardiansyah, 2004 : 3). Dalam literatur lain disebutkan komunikasi juga berasal dari kata “communication” atau “communicare” yang berarti " membuat sama" (to make common). Istilah “communis” adalah istilah yang paling sering di sebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata kata Latin yang mirip  Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan di anut secara sama.
Melihat pengakaran kata dari komunikasi sekarang kita mulai mengerti apa maksud dasar dari komunikasi itu sendiri. Beberapa ahli banyak yang telah mendefinisikan apa itu yang dimaksud dengan komunikasi. Ada yang mendefinisikannya secara detail ada juga yang secara permukaan saja.

Pawito dan C Sardjono (1994 : 12) mencoba mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver).

Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai berikut :
“Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” (Suprapto, 2006 : 2-3).

Sedangkan, Larry A Samovar, Richard E Porter dan Nemi C Janin dalam bukunya Understanding Intercultural Communication mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :
“Communication is defined as a two way on going, berhaviour affecting process in which one person (a source) intentionally encodes and transmits a message throught a channel to an intended audience (receiver) in order to induce a particular attitude or behaviour” (Purwasito, 2003 : 198).

Bila ditarik benang merahnya antara ahli satu dengan lainnnya memiliki kesamaan yang itu adanya perpindahan atau transfer informasi dari pemberi informasi kepada penerima informasi. Kenyataannya memang sulit untuk menarik definisi yang pasti dari komunikasi dikarenakan komunikasi itu terlihat sebagai kata yang abstrak.
  
 
http://the-marketeers.com/wp-content/uploads/2012/02/EbonyG00298_LuMaxArt1-1024x1024.jpg
  
 






















Dimensi Komunikasi

1.      Komunikasi sebagai proses
Disebut sebagai proses karena memang ketika seseorang berkomunikasi ada transfer informasi yang dilakukan antara sender kepada receiver sehingga informasi itu dapat ditangkap dan dimengerti oleh receiver.

2.      Komunikasi sebagai simbolik
 Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tulisan (Verbal) maupun melalui isyarat – isyarat tertentu (non- Verbal). Simbol disini berarti sebuah tanda atau lambang hasil kreasi manusia atau bisa dikatakan sebuah tanda hasil kreasi manusia yang dapat menunjukkan kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Contohnya seperti ketika sedang mengangguk itu memiliki makna bahwa kita setuju, dan ketika menggeleng kita tidak setuju. Namun harus dilihat juga factor dari budaya yang dianut, karena setiap budaya memiliki symbol yang berbeda-beda dalam berkomunikasi.

3.       Komunikasi sebagai sistem
Bila komunikasi ditinjau sebagai system, jelas terlihat sekali bentuknya. Sistem adalah suatu bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai satu tujuan. Pada komunikasi perlu adanya peran sender, receiver, Informasi, intonasi dll. Bila kombinasi antara masing-masing bagian tersebut kurang tepat atau tidak pas maka mungkin akan terjadi kesalahan dalam interpretasi informasi yang diterima, bahkan lebih buruk lagi informasi tersebut sama sekali tidak tersampaikan.

4.      Komunikasi sebagai transaksional
Mustahil komunikasi terjadi tanpa melibatkan orang lain, dalam proses yang demikian akan timbul action dan interaction diantara para pelaku komunikasi.

5.       Komunikasi sebagai aktivitas sosial
Karena komunikasi melibatkan hubungan antara dua orang atau lebih maka akan mengakitbatkan terjadinya aktivitas social yang dimaksudkan untuk tujuan tertentu.

6.      Komunikasi sebagai multidimensional
Kalau komunikasi dilihat dari perspektif multidimensional ada 2 tingkatan yang dapat diidentifikasikan yakni dimensi isi dan dimesi hubungan.
Dimensi isi : lebih menunjukkan pada kata, bahasa dan informasi yang dibawa pesan. Jadi seperti orang madura berbicara dengan orang jawa pasti bahasa yang mereka gunakan pun juga berbeda disinilah dimensi isi menunjukkan hal tersebut dalam komunikasi.
Dimensi hubungan : menunjukkan bagaimana proses komunikasi berinteraksi satu sama lain. Masih dengan contoh diatas dimensi hubungan menunjukkan bagaimana mereka berinteraksi, media apa yang mereka gunakan, apakah ada bahasa tubuh atau simbol-simbol yang digunakan. Itu dilihat dari dimensi hubungan.

    
http://www.marketing.co.id/wp-content/uploads/2013/06/5-Kunci-Kepemimpinan-yang-Efektif.jpg
 


Definisi Leadership

            Leadership atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan kepemimpinan. Dalam sebuah Organisasi biasanya posisi pemimpin berada diatas atau dengan kata lain membawahi orang lain. Namun apakah hanya sebatas itu saja arti dari kepemimpinan ? Apakah ada arti yang lebih spesifik dan mendalam ?
            Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph C. Rost.,1993). Demikian menurut Rost, jadi adanya hubungan yang saling mempengaruhi diantara atasan dan bawahan.
            Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum (H.Koontz dan C. O'Donnell). Sedangkan Koontz dan O’Donnell lebih menekankan pada sifat mempengaruhi, memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.
            Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi (Katz dan Kahn). Kepatuhan menjadi garis bawah dari definisi kepemimpinan dari Katz dan Kahn.
            Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).

    
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNP5FFqJq7hoiAUZqtoxvsDYSwjKsJmz8zLSAyG3RqhvzPHBNLCRHNrhvFA6lVLh2UUuGk9kkiSgcpjao_FxDJjuPL-pgZveSZjPwRzZ-zN9OWGYP2ezxjsj0USHimg7kuWMaUg6fx-W9L/s1600/agrata.jpg



Teori Kepemimpinan

Teori X dan Y (Douglass Mc Gregor)
Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori X atau teori Y.

    
http://ecx.images-amazon.com/images/I/71OvWOs4P2L._SL1500_.jpg  


A. Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk sedikit sekali mau bergerak dan tidak suka bekerja serta senang menjauh dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Pekerja memiliki ambisi yang sedikit untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Biasanya orang-orang yang bertipe X ini adalah pegawai, karena mereka tidak memiliki inisiatif yang tinggi untuk bergerak dan lebih cocok dipimpin dan diarahkan.
B. Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja..Orang-orang bertipe Y lebih banyak menjadi manajer atau pemimpin perusahaan , walaupun ada yang menjadi pegawai tetapi pasti jabatannya akan cepat naik karena mereka memiliki inisiatif dan tanggung jawab yang tinggi.
           
Teori Sistem 4 (Rensis Likert)
            Gaya Kepemimpinan Empat Sistem. Likert merancang 4 sistem kepemimpinan dalam manajemen:

    
http://classnotes--org-and-gov-2013.wmwikis.net
 

1. Sistem 1 (Exploitative Authoritative). Manajer sangat otokratis, sulit untuk mendengar aspirasi dari bawahannya, selalu menekan bawahan dan mengambil keputusan hanya pada atasan saja.

2. Sistem 2 (Otokratis yang baik hati/Benevolent autoritative). Manajernya mempunyai kepercayaan yang terselubung, percaya pada bawahan, memotivasi,memperbolehkan adanya komunikasi ke atas. Bawahan merasa tidak bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaannya dengan atasannya.

3. Sistem 3. (Manajer Konsultatif). Manajer mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan biasanya kalau ia membutuhkan informasi, ide atau pendapat bawahan Bawahan disini merasa sedikit bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaan bersama atasannya.

4. Sistem 4, (Pemimpin yang bergaya kelompok berpartisipatif/partisipative group). Manajer mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahannya. Dalam setiap persoalan selalu mengandalkan untuk mendapatkan ide-ide dan pendapat dari bawahan dan mempunyai niatan untuk menggunakan pendapat bawahan secara konstruktif. Bawahan merasa secara mutlak mendapat kebebasan untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugasnya bersama atasannya.

Teori Kepemimpinan Pattern Choice (Tannenbaum dan Schmidt)

Berikut adalah Tannenbaum dan Schmidt didelegasikan tingkat kebebasan, dengan beberapa tambahan penjelasan bahwa seharusnya membuat lebih mudah untuk memahami dan menerapkan. 

    
http://50.asc.upenn.edu
 
Kepemimpinan Pola 1: “Para pemimpin membuat keputusan dan mengumumkan ke grup/bawahan.”
Contoh: Pemimpin memutuskan bahwa tim akan mengadakan pertemuan pada hari Senin dan mengatakan berita itu kepada tim, apakah mereka suka atau tidak.

Kepemimpinan Pola 2: “Pemimpin menjual keputusan.” Para pemimpin membuat keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan yang diambil benar.
Contoh: Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari Senin. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Kamis adalah hari-hari terbaik untuk bertemu.

Kepemimpinan Pola 3: “Pemimpin menyajikan ide-ide/pemikiran dan mengundang pertanyaan-pertanyaan.”
Contoh: Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan membuat hari Kamis untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian mempersilahkan kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.

Kepemimpinan Pola 4: “Pemimpin menyajikan keputusan yang bersifat sementara untuk kelompok yang kemungkinan dapat diubah.”
Contoh: Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Kamis akan menjadi hari yang baik untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.

Kepemimpinan Pola 5: “Pemimpin menyajikan masalah, meminta saran, dan membuat keputusan.”

    
http://lh6.ggpht.com
 

Contoh: Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
·Kepemimpinan Pola 6: “Pemimpin merumuskan batas-batas, dan meminta kelompok bawahan untuk membuat keputusan.”
Contoh: Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik.
Kepemimpinan Pola 7: “Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh pimpinan.”
Contoh: Pemimpin mempersilahkan anggota tim untuk memutuskan kapan akan megadakan rapat.

Demikian Semoga bermanfaat, Terima Kasih.

Sumber :
Pawito, dan C Sardjono. Teori-Teori Komunikasi. Buku Pegangan Kuliah Fisipol Komunikasi Massa S1 Semester IV. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1994.

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/adpu4334/w2_1_1_1.htm
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194505031971091-MUHAMMAD_KOSIM_SIRODJUDIN/DEFINISI_DAN_TEORI_KEPEMIMPINANx.pdf
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepemimpinan-menurut-para-ahli/
http://organisasi.org/definisi-pengertian-teori-perilaku-teori-x-dan-teori-y-x-y-behavior-theory-douglas-mcgregor
http://id.scribd.com/doc/57080877/Gaya-Kepemimpinan-Empat-Sistem-Manajemen-Dari-Likert
(http://cahpct.blogdetik.com/2009/04/02/definisi-komunikasi/).
sriherwindya.staff.uns.ac.id/files/2010/07/definisi.doc
http://karanindah.blogspot.com/2012/11/dimensi-perspektif-komunikasi.html
http://adityaadityaa.wordpress.com/2013/09/26/komunikasi-dan-leadership/

Rabu, 03 Juli 2013

Kaitan antara Abnormalitas dengan Konsep Motivasi, Stress dan Gender


                Kebanyakan orang mengira bahwa sesuatu yang abnormal adalah sesuatu yang biasanya minoritas karena dianggap berbeda dari kebanyakan orang. Di Indonesia berciuman di depan umum merupakan hal yang amat abnormal, atau dalam kata lain masih sangat tabu, tetapi di lain pihak seperti di Amerika berciuman di depan umum sudah menjadi hal yang lumrah. Jadi apakah batasan abnormal terletak pada mayor atau minornya suatu hal ? Dalam Islam bila seseorang mencuri maka tangannya harus di potong, di Arab mungkin ini sangat berlaku dan dianggap suatu yang normal. Tetapi menurut orang-orang Barat ini adalah sesuatu yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Jadi apakah sesuatu yang abnormal harus berdasarkan pada norma atau aturan tertentu ?
Menurut Supratiknya (1995) merumuskan konsep normal dan abnormal agak susah dikarenakan,
     1. Sulit menemukan model manusia yang ideal dan sempurna,
    2. Dalam banyak kasus tidak adanya batas-batas yang jelas antara perilaku normal dan abnormal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) abnormal adalah tidak sesuai dng keadaan yg biasa; mempunyai kelainan; tidak normal.
Sesuatu yang abnormal bisa di lihat dari kriteria-kriteria di bawah ini.

Statistika (Mayoritas, Minoritas)
Berdasarkan statistik perspektif ini bekerja, dimana semua variabel yang  di lihat didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Orang-orang normal atau kebanyakan orang berada pada bagian tengah dengan prosentase yang besar (80%), sedangkan untuk yang abnormal berada pada ujung masing-masing kurva dengan prosentase kecil (10%).

Tidak semestinya
Perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi bahgia (misalnya ditunjukkan dengan tersenyum, melompat dan tertawa) ketika berada di tengah-tengah suasana yang sedih. Respon tersebut merupakan hal yang tidak di kehendaki atau tidak semestinya.

Melanggar Norma
Perilaku abnormal ditentukan dengan menyesuaikan perilaku dengan norma yang ada di masyarakat. Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika bertentangan dengan norma yang berlaku, berarti abnormal.

Mengganggu individu (distress)
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan atau distres dan gangguan bagi individu yang mengalami. Contoh, apabila seseorang memiliki keunikan tersendiri tidak seperti rata-rata orang, misal sangat suka mencuci tangan lebih dari orang lain, tetapi yang bersangkutan tidak terganggu, maka perilakunya masih bisa dikatakan normal.

Disabilitas
Disabilitas merupakan kekurangan pada beberapa penting dalam kehidupan. Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya.Misal: disabilitas dalam hubungan perkawinan, disabilitas dalam hubungan sosial, disabilitas dalam pekerjaan, dsb.

Kaitannya dengan Konsep Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
                Bila kita mengacu pada kriteria abnormal diatas, motivasi akan menjadi sesuatu yang abnormal ketika orang yang hidup dengan motivasi tinggal bersama sejumlah orang yang hidup dengan apa adanya tanpa tujuan.  Motivasi juga bisa disebut abnormal bila motivasi itu merupakan motivasi yang destruktif. Bila kembali dalam masa penjajahan Belanda dulu, sebenarnya motivasi mereka datang ke Indonesia awalnya hanyalah untuk berdagang tetapi melihat potensi Indonesia yang begitu besar akan mereka termotivasi untuk menguasai Indonesia.
                Setiap orang sangat perlu memiliki tujuan dalam hidup dengan begitu akan ada motivasi yang muncul, karena akar dari motivasi adalah impian atau ada hal yang ingin dicapai. Keinginan yang kuat akan suatu hal sangat penting tetapi perlu dilihat juga apakah motivasi itu merugikan atau memberi manfaat untuk orang banyak. Ketika motivasi lebih banyak memberikan kerugian bagi orang banyak sebaiknya harus segera dikoreksi oleh diri kita sendiri karena kita yang memiliki pikiran sendiri.
                Motivasi yang abnormal bisa dilihat dari dua sisi yang berbeda, pada sisi positif adalah ketika seseorang bersifat oportunistik, memulai sesuatu yang baru ketika orang lain sudah nyaman dengan keadaan yang ada (stagnan). Pada sisi negatif adalah ketika seseorang termotivasi untuk mencapai tujuan dengan segala cara termasuk dengan merugikan orang lain.

Kaitannya dengan Stress
Stress merupkan sebuah gangguan yang menekan seseorang dan membuat rasa tidak enak dalam pikiran dan hati. Stress bisa memberikan efek secara fiosiologis biologis (psikosomatis), ketika seseorang sedang cemas akan lulus atau tidaknya dia dari ujian ketika itu juga ia merasa lambungnya sakit sekali, hal ini terjadi karena rasa cemas di otak menginduksi lambung agar menyekresikan cairan asam dan terjadi adalah terlalu banyaknya cairan asam dalam lambung yang bisa membuat luka pada dinding lambung. Seperti yang ada pada kriteria di atas, perilaku abnormal bisa menjadi gangguan pada seseorang apabila individu tersebut merasa terganggu, bila tidak merasa terganggu berarti normal.
Bentuk tubuh yang abnormal bisa juga jadi dasar seseorang menjadi stress ketika dia tidak bisa menerima pemberian dari Allah SWT. Karena sesungguhnya kunci kebahagiaan ada pada rasa syukur kita atas pemberian-Nya, bukan harta bukan uang. Ketika seseorang memiliki abnormalitas pada panca inderanya juga bisa menjadi dasar stress, sama seperti di atas. Berbeda dari yang lain seharusnya tidak menjadikan seseorang menjadi lemah. Percaya atau tidak sebenarnya sesuatu yang istimewa adalah sesuatu yang sedikit dengan kata lain abnormal. Itu lah yang harus di jadikan sandar untuk keluar dari stress yang sering datang.

Kaitannya dengan Gender
                Abnormalitas gender seperti waria dan tomboy, karena seharusnya lelaki berperan sebagai lelaki dan perempuan berperan sebagai perempuan. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sebenarnya ini terjadi karena banyak dari  mereka tidak mengerti akan peran mereka, yang bila di usut juga mungkin karena pendidikan keluarga yang menghendaki terlalu menginginkan anak laki-laki atau perempuan sehingga mempengaruhi pendidikan yang diberikan, lingkungan yang terlalu menghendaki sikap sebagai peria atau wanita, dan juga karena tidak bersuykur atas pemberian yang dikan-Nya.
                Benang merah antara abnormalitas dengan gender jelas pada objeknya yaitu waria (pria yang seperti wanita) dan tomboy (wanita yang seperti pria) karena bila dirujuk sesuai dengan kriteria abnormal diatas, mereka masuk dalam kelompok minoritas, yang jumlahnya sedikit. Bila tidatanya melanggar norma atau tidak tentu melanggar bila ia adalah seorang muslim, karena islam hanya mengenal Pria saja dan wanita saja. Tetapi bila dilihat berdasarkan mengganggu (stress) atau tidak mungkin nilai nya bisa menjadi relatif karena semua itu bergantung pada kemauan individu tersebut.

Referensi:
 http://kamusbahasaindonesia.org/abnormal#ixzz2Y20DQV6B, di akses terakhir tanggal 4 Juli 2013
http://tyanisa12.blogspot.com/2012/02/pengertian-dan-ciri-ciri-psikologi.html, di akses terakhir tanggal 4 Juli 2013
http://indonesiapsikologi.blogspot.com, diakses terakhir tanggal 4 Juli 2013


Senin, 13 Mei 2013

Kepribadian Sehat : Carl Rogers



                Rogers yang memiliki nama lengkap Carl Rogers merupakan seorang ahli dalam bidang psikologi dalam pandangannya pada aliran Humanistik. Rogers mendapat gelar Ph. D.-nya dari Columbia University Teachers College pada tahun 1931 dan terus menjadi terkenal dalam mengembangkan non-directive atau client-centered therapy. Pendekatan Rogers terhadap terapi dan model kepribadian sehat yang dihasilkannya, memberikan suatu gambaran tentang kodrat manusia yang disanjung-sanjung dan optimistis. Tema pokoknya adalah suatu refleksi tentang apa yang dipelajarinya tentang dirinya pada usia 20 tahun: bahwa seseorang harus bersandar pada pengalamannya sendiri tentang dunia karena hanya itulah kenyataan yang dapat diketahui oleh seorang individu.

                Pendekatan Roger : Kepribadian
                Seperti yang telah diungkap di atas. Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung jawab utama pada klien, bukan pada ahli terapi. Karena itu disebut  “terapi yang berpusat pada klien” (client-centered therapy). Jelas, metode ini menganggap bahwa indovidu yang terganggu memiliki suatu tingkat kemampuan dan kesadaran tertentu dan mengatakan kepada kita banyak tentang pandangan Rogers mengenai kodrat manusia. Menurut Rogers, manusia yang rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti pembiasaan akan kebersihan (toilet training), penyapihan yang lebih cepat, atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya. Hal-hal ini tidak mengutuk kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang tidak dapat dikontrol. Masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi kepribadian yang sehat adalah jauh lebih penting daripada masa lampau. Akan tetapi Rogers mengemukakan bahwa pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi cara pandang kita  pada masa sekarang.
                Motivasi Orang yang Sehat : Aktualisasi
                Rogers meletakkan suatu dorongan – “suatu kebutuhan fundamental” – dalam sistemnya tentang kepribadian: memelihara, mengaktualisasikan, dan meningkatkan semua segi individu. Semua kecenndrungan ini dibawa sejak lahir yang meliputi komponen fiosiologis dan psikologis, yang mana pada awalnya fisiologis cenderung lebih dominan. Pertumbuhan dan perkembangan manusia sangat berkaitan dengan aktualisasi ini. Pada tingkat rendah, aktualisasi lebih mengena pada kebutuhna fisiologis dasar akan makanan, air dan udara. Karena itu kecendrungan aktualisasi itu memungkinkan organism hidup terus dengan membantu dan mempertahankan kebutuhan-kebutuhan jasmani dasar.
                Akan tetapi tidak terpaku pada pengertian sempit diatas. Aktualisasi sebenarnya jauh lebih luas dan kompleks. Dapat diambil contoh begini; Roger membandingkan perjuangan dan rasa sakit yang terjadi ketika seorang anak belajar berjalan. Anak itu tersandung dan jatuh serta merasa sakit. Akan lebih mudah dan kurang merasa sakit kalau tidak berusaha untuk berdiri dan belajar berjalan. Walaupun demikian anak itu masih terus berusaha dan akhirnya berhasil. Apa sebabnya anak itu pantang mundur ? Rogers berpendapat bahwa kecendrungan untuk aktualisasi sebagaitenaga pendorong adalah jauh lebih kuat daripada rasa sakit dan perjuangan serta setiap dorongan yang ikut menghentikan usaha untuk berkembang.
                Ketiika seseorang bertambah besar, maka “diri” pun mulai berkembang. Pada saat itu pun aktualisasi yang berupa tekanan fisiologis berubah perlahan menjadi psikologis secara bertahap. Masa dimana aktualisasi fisiologis telah mencapai puncaknya, maka perkembangan aktualisasi selanjutnya adalah aktualisasi psikologis yang lebih kompleks.  Aktualisasi diri adalah prosese menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi psikologisnya yang unik. Rogers percaya bahwa manusia memiliki dorongan yang dibawa sejak lahir untuk menciptakan dan bahwa hasil ciptaan yang sangat penting adalah diri orang itu sendiri.

                Perkembangan “ Diri “
                Anak anak mulai bisa membedakan antara segi pengalaman yang ada pada dirinya dan orang lain. Segi ini dinamakan, yang digambarkan dengan bertambahnya kata “aku” atau “milikku”. Anak membedakan antara apa yang menjadi miliknya  atau bagian dirinya dengan benda lain yang ia inderai dan ketika dia mampu membentuk suatu kesan atau gambaran tentang dirinya, anak itu mengembangkan suatu “self-concept”.
                Cara bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kanak-kanaknya. Pada saat awal perkembangan anak, anak belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebutnya dengan positive regards. Positive regards merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting dan dimiliki oleh setiap manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive regards ini. Anak puas bila mendapat kasih saying dan cinta yang cukup tetapi bagaimanakah dengan anak yang kekurangan kasih saying dan cinta ? Apakah anak itu akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak sehat ? semuanya bergantung pada sejauh manakah positive regards ini dipuaskan dengan baik.
                Self concept yang berkembang sangat erat pengaruhnya dengan sosok ibu. Sejauh manakah sang ibu memberikan positive regards ini pada anaknya ? Apabila Ibu menolak dan selalu mencela anaknya, anak akan berusaha  merencanakan tingkah lakunya sesuai dengan apa yang diharapkan ibunya tersebut, berarti anak mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari oranglain, bukan dari dirinya sendiri. Karena anak telah kecewa atas penolakan dan celaan kebutuhan akan positive regards menjadi semakin besar, jadi anak itu harus kerja keras untuk mendapat positive regards dengan mengorbankan aktualisasi dirinya. Dalam situasi ini kemungkinan anak akan melakaukan yang disebut dengan conditional positive regards yaitu  syarat terhadap tingkah lakunya yang baik. Dalam bahasa sederhana, anak akan mendapat cinta dan kasih saying bila berperilaku sesuai apa yang diinginkan orang tuanya, dan ini membatasi aktualisasi diri anak tersebut dan membuatnya resah dan cemas yang masuk dalam kesemuan kasih sayang. Sedangkan Unconditional positive regards adalah penghargaan positif tanpa syarat. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan cinta dan kasih saying tanpa memperhatikan bagaimana anak beringkah laku. Cinta da kasih saying diberikan secara bebas. Namun tidak berarti bahwa anak diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkan tanpa dinasehati.

                Orang yang Berfungsi Sepenuhnya
                Maksudnya adalah orang yang dapat mengaktualisasikan dirinya secara penuh tanpa adanya hambatan dan bisa terus maju hingga tujuan akhir. Disini ada lima sifat orang yang berfungsi secara penuh menurut Rogers.
1.       Keterbukaan pada pengalaman
Seseorang yang tidak terhambat oleh syarat-syarat penghargaan, bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Tak satu pun yang harus dilawan karena tak satu pun mengancam. Jadi, keterbukaan terhadap pengalaman adalh lawan dari sikap defensive.
2.       Kehidupan Eksistensial
Kehodupan yang berawal dari sebuah keterbukaan terhadap pengalaman-pengalaman, tidak memiliki diri yang berprasangka atau tegar, tidak harus mengontrol diri atau memanipulasi diri sehingga dengan bebas dapat berpartisipasi.
3.       Kepercayaan Terhadap Diri
Rogers telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik lebih dapat dipercaya daripada pikiran. Ini berarti Rogers lebih mengutamakan perasaan dibandingkan dengan rasionalitas.
4.       Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, maka semakin bebas ia dalam memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan antara alternatif.
5.       Kreativitas
Oang-orang yang kreatif dan spontan tidak terkenal karena konformitas atau penyesuaian diri yang pasif terhadap tekanan social dan cultural.

Sumber :
Schultz, Duane. (1991). Psikologi pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. Yogyakarta: Kanisius

Minggu, 21 April 2013

Kepribadian (Konsep Manusia) : Psikoanalisis, Behaviorisme dan Humanistik



                Apakah itu kepribadian ? Pertanyaan-pertanyaan ini terus-menerus ditanyakan bukan hanya oleh ahli-ahli psikologi, tetapi juga oleh berjuta-juta orang lain. Istilah kepribadian dalam bahasa Inggris personality berasal dari kata latin “ persona ” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Bagi bangsa Roma, “persona” berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain.
                Banyak ahli percaya bahwa penelitian tentang kepribadian yang sehat akan menjadi fokus utama psikologi. Disiplin ilmu lain manakah yang meneliti kondisi manusia ? Apakah ada sesuatu yang lebih kuat dalam mengubah dunia ke arah yang lebih baik atau sakit selain kepribadian manusia. Apakah yang lebih berpengaruh terhadap hakikat kehidupan kita selain tingkat kesehatan psikologis yang kita miliki untuk berhubungan dengan masalah-masalah kita ?
                Abraham maslow menyatakan masalah itu dengan jelas. " Apabila anda dengan sengaja merencanakan untuk menjadi kurang daripada kemampuan anda, maka saya memperingatkan bahwa anda tidak akan berbahagia dalam kehidupan anda selanjutnya. "

Psikoanalisis
                Sigmund Freud merupakan bapak dari aliran psikologi psikoanalisis. Freud menganggap kesadaran manusia hanya merupakan sebagian kecil saja daripada seluruh kehidupan psikis; Freud memisalkan psyche (keadaan psikis manusia)  itu sebagai gunung es di tengah lautan, yang ada di atas permukaan  air laut itu menggambarkan kesadaran, sedangkan di bawah permukaan air laut yang merupakan bagian terbesar menggambarkan ketidaksadaran. Di dalam ketidaksadaran itulah  terdapat kekuatan-kekuatan dasar yang mendorong pribadi.

Menurut Freud kepribadian teridiri atas tiga aspek yaitu :
1.            Das Es  (the id), yaitu aspek biologis,
2.            Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis,
3.            Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis.

                Das Es (Id)
       Das Es atau dalam bahasa inggris the id disebut juga  oleh Freud  System der Unbewussten. Aspek ini adalah aspek biologis yang berdasar pada prinsip kenikmatan (the pleasure principle). Id tidak langsung terhubung dengan dunia objektif melainkan, id merupakan dunia batin atau subyektif manusia.  Id memiliki dua proses untuk mencapai kenikmatan atau melepas ketidakenakan yaitu :
·          Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti bersin, berkedip, menguap dan sebagainya.
·         Proses primer, seperti orang lapar membayangkan makan (wish fullfillment).
Tetapi perlu dicatat bahwa kerja Id hanya terbatas pada dunia subyektif manusia, seperti contoh di atas. Manusia bila lapar akan membayangkan makan, hanya sebatas membayangkan dan yang akan menggerakkan tubuh nanti adalah das ich ( Ego ).

                Das Ich (Ego)
                Das Ich atau dalam bahasa inggris the ego disebut juga  oleh Freud  System der Bewussten-Vorbewussten. Aspek ini adalah aspek psikologis dari kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan kenyataan (Realitat). Ego berdasar pada prinsip kenyataan (the reality principle) dan berpikir dengan proses sekunder (secondary process). Berpikir sekunder adalh proses berpikir realistis; dengan mempergunakan proses sekunder Ego merumuskan suatua rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya atau men-test-nya (biasanya dengan suatua tindakan) untuk mengetahui apakah rencana itu  berhasil atau tidak. Misalnya: Oranglapar merencanakan di mana dia dapat makan, lalu pergi ketempat tersebut untuk mengetahui apakah rencana tersebut berhasil (cocok dengan realitas) atau tidak. Perbuatan ini disebut reality testing.
                Selain berfungsi sebagaimana yang sudah dijelaskan, Ego juga berfungsi sebagai jembatan antara Id dan Super Ego agar dapat menyalurkan apa yang menjadi keinginan dari keduanya.

                Das Ueber ich (Super Ego)
                Das ueber ich atau Super Ego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagai mana ditafsirkan orang tu ake pada anaknya, yang diajarkan dengan berbagai perintah dan larangan. Super ego dianggap juga sebagai aspek moral kepribadian karena fungsinya yang pokok ialah menentukan sesuatu apakah benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak.
Fungsi pokok Super Ego dapat di lihat dalam hubungan dengan ketiga aspek kepribadian Freud, yaitu :
·         Merintangi impuls-impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat di tentang oleh masyarakat.
·         Mendorong Ego untuk lebih mengejar hal-hal moralistis daripada yang realistis.
·         Mengejar kesempurnaan

                Berdasarkan dinamika kepribadian konsep manusia juga di bentuk atas dasar instink menuru Freud, instink hidup dan instink mati.
Instink adalah sumber perangsan somatis dalam yang di bawa sejak lahir, yaitu perangsang psikologis  (keinginan) dan perangsang jasmani (kebutuhan). Jadi, misalnya seorang yang lapar secara jasmani kekurangan makanan dan butuh makan sedangkan secara psikologis sebagai keinginan akan makanan. keinginan itu menjadi alasan (motif) tingkah laku.
Empat sifat instink :
·         Sumber, yang menjadi sumber instink yaitu kondisi jasmaniah, jadi kebutuhan.
·         Tujuan, tujuan instink adalah menghilangkan rangsangan kejasmanian, sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya ketegangan dapat ditiadakan. Misal : Instink lapar ialah menghilangkan keadaan kekurangan makanan, dengan cara makan.
·         Obyek instink, Segala aktivitas yang mengantarai keinginan dan terpenuhinya keinginan itu. tidak terbatas hanya pada bendanya saja, tetapi juga terasuk pula cara-cara memenuhi kebutuhan itu.
·         Pendorong, kekuatan instink yang tergantung pada besar-kecilnya kebutuhan.

Instink hidup ialah melayani maksud individu  untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. bentuk utama instink ini adalah instink makan, minum dan seksual. bentuk energi yang di pakai instink hidup disebut " libido ".
Instink mati disebut juga instink merusak, instink ini  berfungsinya kurang jelas bila dibandingkan dengan instink hidup, karena tidak begitu dikenal. Akan tetapi  adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa tiap orang itu pada akhirnya akan mati juga. ini lah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa " Tujuan semua hidup adalah mati ".

Behaviorisme
          Aliran ini adalah salah satu aliran dalam psikologi yang berkembang pesat pada tahun 1950-an. Tokoh dari behaviorisme ini antara lain, Juan Petrovich Pavlov, Edward Lee Thorndike, Burrhus Frederick Skinner dan John B. Watson. Secara general pandangan ahli-ahli di atas berpendapat bahwa organisme belajar berdasarkan dua unsur yaitu adanya stimulus dan respon. Perlu di catat bahwa behaviorisme hanya berfokus pada perilaku yang “tampak” dan mereduksi sistem kognitif yang ada pada organisme tersebut.
Juan Petrovich Pavlov
Merupakan seorang ahli dalam aliran behaviorisme yang menekankan pentingnya objektivitas, yaitu yang dapat di diobservasi secara nyata, karena menurut mereka kesadaran tidak dapat diobservasi secara langsung. Pavlov menolak metode introspeksi karena tidak dapat diperoleh data yang objektif. Oleh karena itu ia mendasarkan eksperimennya pada keadaan yang benar-benar dapat diobservasi.
Pavlov dalam eksperimennya menggunakan anjing sebagai binatang percobaan. Anjing dioperasi sedemikian rupa, sehingga apabila air liur keluar dapat dilihat dan dapat di tampung daam tepat yang telah disediakan. Apabila anjing lapar dan melihat makanan, kemudian mengeluarkan air liur, ini merupakan respon yang alami, yang oleh Pavlov disebut respons tak terkondisikan (unconditioned response) yang disingkat UCR. Apabila anjing mendengar bel dan kemudian menggerakkan telinganya, ni merupakan respon alami. Bel sebagai stimulus yang tak terkondisikan (unconditioned stimulus). Persoalan yang dipikirkan Pavlov adalah apakah dapat di bentuk apada anjing suatu bentuk perilaku respon apabila anjing mendengar bunyi bel lalu anjing akan mengeluarkan air liur. Hal inilah kemudian yang menjadi bahan penelitian Pavlov secara eksperimental. Ternyata perilaku tersebut dapat dibentuk dengan cara memberikan stimulus yang tak terkondisikan (unconditioned stimulus) atau UCS yaitu makanan berbarengan dengan diberikan stimulus yang alami yaitu bunyi bel.Makanan yang diberikan bersamaan dengan bunyi bel menjadi (conditioned stimulus) mnyebabkan tmbulnya respon berkondisi (conditioned response) yaitu keluarnya air liur. Setelah hal tersebut diberikan berulang-ulang kali air liur tetap keluar sekalipun makanan tidak diberikan.
Pavlov juga mengatakan bahwa penguatan (reinforcement) adalah cara yang digunakan untuk memperkuat kaitan antara stimulus dan respon yang sudah dikondisikan. Sedangkan pemadaman atau penghapusan (Extinction) adalah cara untuk menghilangkan respon yang sudah di kondisikan agar menjadi respon yang normal kembali atau alami.
Edward Lee Thorndike
                Thorndike merupakan tokoh yang mengadakan penelitian mengenai animal psychology. Penelitian Thorndike terhadap tingkah laku binatang mencerminkan prinsip dasar proses belajar yag dianut oleh Thorndike, yaitu bahwa dasar dari belajar ada asosiasi. Suatu stimulus (S) akan menimbulkan suatu respons (R) tertentu. Teori ini disebut dengan teori Stimulus-Response (S-R). Dalam teori S-R dikatakan bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme dengan cara coba-dan-salah (Trial and Error), maksudnya adalah organisme akan melakukan problem solving dengan mencoba-coba setiap cara hingga organisme tersebut mendapat cara terbaik yang akan digunakan sebagai problem solving tersebut.
                Dari Eksperimennya, Thorndike mengajukan tiga macam hukum yang sering dikenal sebagai hukum primer belajar, yaitu :
  • Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
    Organisme dituntut harus memiliki kesiapan sebelum ia memulai untuk belajar, karena dengan adanya kesiapan makan proses belajar akan lebih baik dan hasilnya pun baik.
  • Hukum Latihan (Law of Exercise)
    Hukum ini terbagi menjadi 2 yaitu, Law of Use dan Law of Disuse. Ada Law of Use yaitu hukum yang menyatakan bahwa Hubungan antara stimulus dan respons akan meningkat dan kuat apabila ada latihan atau sering digunakan. Law of Disuse yaitu hukum yang menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respon akan menurun dan lemah apabila tidak dilatih atau tidak sering digunakan.
  • Hukum Efek (Law of effect)
    Hukum yang menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respons menjadi kuat atau lemah bergantung pada hasil yang menyenangkan atau tidak. Apabila suatu stimulus memberikan hasil yang menyenangkan atau memuaskan, makan hubungan keduanya akan menguat, sedangkan sebaliknya, bila hasilnya adalah buruk atau mengecewakan makan stimulus dan respon akan menurun. Reward akan meningkatkan hubungan antara S-R, dan punishment sebaliknya.
Burrhus Frederick Skinner
Untuk menjelaskan teorinya tentang operant conditioning. Skinner melakukan eksperimennya tentang tikus, berikut pemaparannya.

                Tikus dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang dibuat khusus untuk percobaan ini. Tikus akan bergerak ke sana kemari dan apabila secara kebetulan tikus menginjak tombol, maka makanan akan keluar (makanan merupakan stimulus tak terkondisikan/UCS). Setelah percobaan ini beberapa kali diulang, tikus akan tahu bahwa dengan menekan tombol, makanan akan keluar. Maka tikus akan menekan tombol apabila memerlukan makanan. Tingkah lau menekan tombol tersebut merupakan tingkah laku operant (respons tak terkondisikan). Makanan disini merupakan reward dari tngkah laku menekan tombol. Percobaan selanjutnya makanan akan diberikan apabila lampu menyala. Selanjutnya kalau lampu tidak menyala, walaupun tombol ditekan makanan tidak diberikan. Sekarang tikus dapat membedakan kapan akan menekan tombol dan kapan tidak. Disini lampu enjadi stimtioulus diskriminasi.
Menurut Skinner terdapat dua prinsip umum yang berkaitan dengan operant conditioning, yaitu:
·         Setiap respons yang diikuti oleh reward akan cendrung diulangi.
·         Reward akan meningkatkan kecepatan terjadinya respon.

Humanistik
                Abraham Maslow dapat dianggap sebagai bapak psikologi humanistik. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan memokuskan penelitiannya pada manusia dengan ciri-ciri eksistensinya.
                Psikologi behavioristik mendehumanisasi manusia menurut para tokoh-tokoh psikologi humanistik. Psikologi mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan pada keunikan manusia.Menurut psikologi humanistik manusia adalah makhluk yang kreatif, yang dikendalikan oleh pilihan-pilihannya dan nilai nilainya sendiri. Bukan oelh kekuata ketidaksadaran.
                Maslo mengenalkan teori motivasi, Manusia memiliki 5 macam kebutuhan yang hierarki, meliputi :
1.       Kebutuhan fisiologi
2.       Kebutuhan rasa aman
3.       Kebutuhan rasa cinta dan memiliki
4.       Kebuthan akan penghargaan
5.       Kebutuhan akan aktualisasi diri
Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya paa masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari yang nampak, juga mempelajari perilaku yang tidak nampak; mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran.
Ada empat ciri psikologi yang beroirentasi humanistik, yaitu :
· Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
·    Memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang khas, seperti kreativitas, aktualisasi diri.
·    Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masaah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
·    Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilaiyang tinggi pada kemuliaandan martabat manusia.

Sumber :
1. Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Press
2. Basuki, A.M. Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma