HTML/JS

Minggu, 21 April 2013

Kepribadian (Konsep Manusia) : Psikoanalisis, Behaviorisme dan Humanistik



                Apakah itu kepribadian ? Pertanyaan-pertanyaan ini terus-menerus ditanyakan bukan hanya oleh ahli-ahli psikologi, tetapi juga oleh berjuta-juta orang lain. Istilah kepribadian dalam bahasa Inggris personality berasal dari kata latin “ persona ” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Bagi bangsa Roma, “persona” berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain.
                Banyak ahli percaya bahwa penelitian tentang kepribadian yang sehat akan menjadi fokus utama psikologi. Disiplin ilmu lain manakah yang meneliti kondisi manusia ? Apakah ada sesuatu yang lebih kuat dalam mengubah dunia ke arah yang lebih baik atau sakit selain kepribadian manusia. Apakah yang lebih berpengaruh terhadap hakikat kehidupan kita selain tingkat kesehatan psikologis yang kita miliki untuk berhubungan dengan masalah-masalah kita ?
                Abraham maslow menyatakan masalah itu dengan jelas. " Apabila anda dengan sengaja merencanakan untuk menjadi kurang daripada kemampuan anda, maka saya memperingatkan bahwa anda tidak akan berbahagia dalam kehidupan anda selanjutnya. "

Psikoanalisis
                Sigmund Freud merupakan bapak dari aliran psikologi psikoanalisis. Freud menganggap kesadaran manusia hanya merupakan sebagian kecil saja daripada seluruh kehidupan psikis; Freud memisalkan psyche (keadaan psikis manusia)  itu sebagai gunung es di tengah lautan, yang ada di atas permukaan  air laut itu menggambarkan kesadaran, sedangkan di bawah permukaan air laut yang merupakan bagian terbesar menggambarkan ketidaksadaran. Di dalam ketidaksadaran itulah  terdapat kekuatan-kekuatan dasar yang mendorong pribadi.

Menurut Freud kepribadian teridiri atas tiga aspek yaitu :
1.            Das Es  (the id), yaitu aspek biologis,
2.            Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis,
3.            Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis.

                Das Es (Id)
       Das Es atau dalam bahasa inggris the id disebut juga  oleh Freud  System der Unbewussten. Aspek ini adalah aspek biologis yang berdasar pada prinsip kenikmatan (the pleasure principle). Id tidak langsung terhubung dengan dunia objektif melainkan, id merupakan dunia batin atau subyektif manusia.  Id memiliki dua proses untuk mencapai kenikmatan atau melepas ketidakenakan yaitu :
·          Refleks dan reaksi-reaksi otomatis, seperti bersin, berkedip, menguap dan sebagainya.
·         Proses primer, seperti orang lapar membayangkan makan (wish fullfillment).
Tetapi perlu dicatat bahwa kerja Id hanya terbatas pada dunia subyektif manusia, seperti contoh di atas. Manusia bila lapar akan membayangkan makan, hanya sebatas membayangkan dan yang akan menggerakkan tubuh nanti adalah das ich ( Ego ).

                Das Ich (Ego)
                Das Ich atau dalam bahasa inggris the ego disebut juga  oleh Freud  System der Bewussten-Vorbewussten. Aspek ini adalah aspek psikologis dari kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan kenyataan (Realitat). Ego berdasar pada prinsip kenyataan (the reality principle) dan berpikir dengan proses sekunder (secondary process). Berpikir sekunder adalh proses berpikir realistis; dengan mempergunakan proses sekunder Ego merumuskan suatua rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya atau men-test-nya (biasanya dengan suatua tindakan) untuk mengetahui apakah rencana itu  berhasil atau tidak. Misalnya: Oranglapar merencanakan di mana dia dapat makan, lalu pergi ketempat tersebut untuk mengetahui apakah rencana tersebut berhasil (cocok dengan realitas) atau tidak. Perbuatan ini disebut reality testing.
                Selain berfungsi sebagaimana yang sudah dijelaskan, Ego juga berfungsi sebagai jembatan antara Id dan Super Ego agar dapat menyalurkan apa yang menjadi keinginan dari keduanya.

                Das Ueber ich (Super Ego)
                Das ueber ich atau Super Ego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagai mana ditafsirkan orang tu ake pada anaknya, yang diajarkan dengan berbagai perintah dan larangan. Super ego dianggap juga sebagai aspek moral kepribadian karena fungsinya yang pokok ialah menentukan sesuatu apakah benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak.
Fungsi pokok Super Ego dapat di lihat dalam hubungan dengan ketiga aspek kepribadian Freud, yaitu :
·         Merintangi impuls-impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang pernyataannya sangat di tentang oleh masyarakat.
·         Mendorong Ego untuk lebih mengejar hal-hal moralistis daripada yang realistis.
·         Mengejar kesempurnaan

                Berdasarkan dinamika kepribadian konsep manusia juga di bentuk atas dasar instink menuru Freud, instink hidup dan instink mati.
Instink adalah sumber perangsan somatis dalam yang di bawa sejak lahir, yaitu perangsang psikologis  (keinginan) dan perangsang jasmani (kebutuhan). Jadi, misalnya seorang yang lapar secara jasmani kekurangan makanan dan butuh makan sedangkan secara psikologis sebagai keinginan akan makanan. keinginan itu menjadi alasan (motif) tingkah laku.
Empat sifat instink :
·         Sumber, yang menjadi sumber instink yaitu kondisi jasmaniah, jadi kebutuhan.
·         Tujuan, tujuan instink adalah menghilangkan rangsangan kejasmanian, sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya ketegangan dapat ditiadakan. Misal : Instink lapar ialah menghilangkan keadaan kekurangan makanan, dengan cara makan.
·         Obyek instink, Segala aktivitas yang mengantarai keinginan dan terpenuhinya keinginan itu. tidak terbatas hanya pada bendanya saja, tetapi juga terasuk pula cara-cara memenuhi kebutuhan itu.
·         Pendorong, kekuatan instink yang tergantung pada besar-kecilnya kebutuhan.

Instink hidup ialah melayani maksud individu  untuk tetap hidup dan memperpanjang ras. bentuk utama instink ini adalah instink makan, minum dan seksual. bentuk energi yang di pakai instink hidup disebut " libido ".
Instink mati disebut juga instink merusak, instink ini  berfungsinya kurang jelas bila dibandingkan dengan instink hidup, karena tidak begitu dikenal. Akan tetapi  adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa tiap orang itu pada akhirnya akan mati juga. ini lah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa " Tujuan semua hidup adalah mati ".

Behaviorisme
          Aliran ini adalah salah satu aliran dalam psikologi yang berkembang pesat pada tahun 1950-an. Tokoh dari behaviorisme ini antara lain, Juan Petrovich Pavlov, Edward Lee Thorndike, Burrhus Frederick Skinner dan John B. Watson. Secara general pandangan ahli-ahli di atas berpendapat bahwa organisme belajar berdasarkan dua unsur yaitu adanya stimulus dan respon. Perlu di catat bahwa behaviorisme hanya berfokus pada perilaku yang “tampak” dan mereduksi sistem kognitif yang ada pada organisme tersebut.
Juan Petrovich Pavlov
Merupakan seorang ahli dalam aliran behaviorisme yang menekankan pentingnya objektivitas, yaitu yang dapat di diobservasi secara nyata, karena menurut mereka kesadaran tidak dapat diobservasi secara langsung. Pavlov menolak metode introspeksi karena tidak dapat diperoleh data yang objektif. Oleh karena itu ia mendasarkan eksperimennya pada keadaan yang benar-benar dapat diobservasi.
Pavlov dalam eksperimennya menggunakan anjing sebagai binatang percobaan. Anjing dioperasi sedemikian rupa, sehingga apabila air liur keluar dapat dilihat dan dapat di tampung daam tepat yang telah disediakan. Apabila anjing lapar dan melihat makanan, kemudian mengeluarkan air liur, ini merupakan respon yang alami, yang oleh Pavlov disebut respons tak terkondisikan (unconditioned response) yang disingkat UCR. Apabila anjing mendengar bel dan kemudian menggerakkan telinganya, ni merupakan respon alami. Bel sebagai stimulus yang tak terkondisikan (unconditioned stimulus). Persoalan yang dipikirkan Pavlov adalah apakah dapat di bentuk apada anjing suatu bentuk perilaku respon apabila anjing mendengar bunyi bel lalu anjing akan mengeluarkan air liur. Hal inilah kemudian yang menjadi bahan penelitian Pavlov secara eksperimental. Ternyata perilaku tersebut dapat dibentuk dengan cara memberikan stimulus yang tak terkondisikan (unconditioned stimulus) atau UCS yaitu makanan berbarengan dengan diberikan stimulus yang alami yaitu bunyi bel.Makanan yang diberikan bersamaan dengan bunyi bel menjadi (conditioned stimulus) mnyebabkan tmbulnya respon berkondisi (conditioned response) yaitu keluarnya air liur. Setelah hal tersebut diberikan berulang-ulang kali air liur tetap keluar sekalipun makanan tidak diberikan.
Pavlov juga mengatakan bahwa penguatan (reinforcement) adalah cara yang digunakan untuk memperkuat kaitan antara stimulus dan respon yang sudah dikondisikan. Sedangkan pemadaman atau penghapusan (Extinction) adalah cara untuk menghilangkan respon yang sudah di kondisikan agar menjadi respon yang normal kembali atau alami.
Edward Lee Thorndike
                Thorndike merupakan tokoh yang mengadakan penelitian mengenai animal psychology. Penelitian Thorndike terhadap tingkah laku binatang mencerminkan prinsip dasar proses belajar yag dianut oleh Thorndike, yaitu bahwa dasar dari belajar ada asosiasi. Suatu stimulus (S) akan menimbulkan suatu respons (R) tertentu. Teori ini disebut dengan teori Stimulus-Response (S-R). Dalam teori S-R dikatakan bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme dengan cara coba-dan-salah (Trial and Error), maksudnya adalah organisme akan melakukan problem solving dengan mencoba-coba setiap cara hingga organisme tersebut mendapat cara terbaik yang akan digunakan sebagai problem solving tersebut.
                Dari Eksperimennya, Thorndike mengajukan tiga macam hukum yang sering dikenal sebagai hukum primer belajar, yaitu :
  • Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
    Organisme dituntut harus memiliki kesiapan sebelum ia memulai untuk belajar, karena dengan adanya kesiapan makan proses belajar akan lebih baik dan hasilnya pun baik.
  • Hukum Latihan (Law of Exercise)
    Hukum ini terbagi menjadi 2 yaitu, Law of Use dan Law of Disuse. Ada Law of Use yaitu hukum yang menyatakan bahwa Hubungan antara stimulus dan respons akan meningkat dan kuat apabila ada latihan atau sering digunakan. Law of Disuse yaitu hukum yang menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respon akan menurun dan lemah apabila tidak dilatih atau tidak sering digunakan.
  • Hukum Efek (Law of effect)
    Hukum yang menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respons menjadi kuat atau lemah bergantung pada hasil yang menyenangkan atau tidak. Apabila suatu stimulus memberikan hasil yang menyenangkan atau memuaskan, makan hubungan keduanya akan menguat, sedangkan sebaliknya, bila hasilnya adalah buruk atau mengecewakan makan stimulus dan respon akan menurun. Reward akan meningkatkan hubungan antara S-R, dan punishment sebaliknya.
Burrhus Frederick Skinner
Untuk menjelaskan teorinya tentang operant conditioning. Skinner melakukan eksperimennya tentang tikus, berikut pemaparannya.

                Tikus dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang dibuat khusus untuk percobaan ini. Tikus akan bergerak ke sana kemari dan apabila secara kebetulan tikus menginjak tombol, maka makanan akan keluar (makanan merupakan stimulus tak terkondisikan/UCS). Setelah percobaan ini beberapa kali diulang, tikus akan tahu bahwa dengan menekan tombol, makanan akan keluar. Maka tikus akan menekan tombol apabila memerlukan makanan. Tingkah lau menekan tombol tersebut merupakan tingkah laku operant (respons tak terkondisikan). Makanan disini merupakan reward dari tngkah laku menekan tombol. Percobaan selanjutnya makanan akan diberikan apabila lampu menyala. Selanjutnya kalau lampu tidak menyala, walaupun tombol ditekan makanan tidak diberikan. Sekarang tikus dapat membedakan kapan akan menekan tombol dan kapan tidak. Disini lampu enjadi stimtioulus diskriminasi.
Menurut Skinner terdapat dua prinsip umum yang berkaitan dengan operant conditioning, yaitu:
·         Setiap respons yang diikuti oleh reward akan cendrung diulangi.
·         Reward akan meningkatkan kecepatan terjadinya respon.

Humanistik
                Abraham Maslow dapat dianggap sebagai bapak psikologi humanistik. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan memokuskan penelitiannya pada manusia dengan ciri-ciri eksistensinya.
                Psikologi behavioristik mendehumanisasi manusia menurut para tokoh-tokoh psikologi humanistik. Psikologi mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan pada keunikan manusia.Menurut psikologi humanistik manusia adalah makhluk yang kreatif, yang dikendalikan oleh pilihan-pilihannya dan nilai nilainya sendiri. Bukan oelh kekuata ketidaksadaran.
                Maslo mengenalkan teori motivasi, Manusia memiliki 5 macam kebutuhan yang hierarki, meliputi :
1.       Kebutuhan fisiologi
2.       Kebutuhan rasa aman
3.       Kebutuhan rasa cinta dan memiliki
4.       Kebuthan akan penghargaan
5.       Kebutuhan akan aktualisasi diri
Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya paa masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari yang nampak, juga mempelajari perilaku yang tidak nampak; mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran.
Ada empat ciri psikologi yang beroirentasi humanistik, yaitu :
· Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
·    Memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang khas, seperti kreativitas, aktualisasi diri.
·    Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masaah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
·    Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilaiyang tinggi pada kemuliaandan martabat manusia.

Sumber :
1. Suryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Press
2. Basuki, A.M. Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma