Rogers yang memiliki nama
lengkap Carl Rogers merupakan seorang ahli dalam bidang psikologi dalam
pandangannya pada aliran Humanistik. Rogers mendapat gelar Ph. D.-nya dari
Columbia University Teachers College pada tahun 1931 dan terus menjadi terkenal
dalam mengembangkan non-directive
atau client-centered therapy.
Pendekatan Rogers terhadap terapi dan model kepribadian sehat yang
dihasilkannya, memberikan suatu gambaran tentang kodrat manusia yang
disanjung-sanjung dan optimistis. Tema pokoknya adalah suatu refleksi tentang
apa yang dipelajarinya tentang dirinya pada usia 20 tahun: bahwa seseorang
harus bersandar pada pengalamannya sendiri tentang dunia karena hanya itulah
kenyataan yang dapat diketahui oleh seorang individu.
Pendekatan Roger : Kepribadian
Seperti yang telah diungkap di
atas. Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung jawab
utama pada klien, bukan pada ahli terapi. Karena itu disebut “terapi yang berpusat pada klien” (client-centered therapy). Jelas, metode
ini menganggap bahwa indovidu yang terganggu memiliki suatu tingkat kemampuan
dan kesadaran tertentu dan mengatakan kepada kita banyak tentang pandangan
Rogers mengenai kodrat manusia. Menurut Rogers, manusia yang rasional dan
sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti
pembiasaan akan kebersihan (toilet
training), penyapihan yang lebih cepat, atau pengalaman-pengalaman seks
sebelum waktunya. Hal-hal ini tidak mengutuk kita untuk hidup dalam konflik dan
kecemasan yang tidak dapat dikontrol. Masa sekarang dan bagaimana kita
memandangnya bagi kepribadian yang sehat adalah jauh lebih penting daripada
masa lampau. Akan tetapi Rogers mengemukakan bahwa pengalaman-pengalaman masa
lampau dapat mempengaruhi cara pandang kita
pada masa sekarang.
Motivasi Orang yang Sehat : Aktualisasi
Rogers meletakkan suatu dorongan
– “suatu kebutuhan fundamental” – dalam sistemnya tentang kepribadian:
memelihara, mengaktualisasikan, dan meningkatkan semua segi individu. Semua
kecenndrungan ini dibawa sejak lahir yang meliputi komponen fiosiologis dan
psikologis, yang mana pada awalnya fisiologis cenderung lebih dominan.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia sangat berkaitan dengan aktualisasi ini.
Pada tingkat rendah, aktualisasi lebih mengena pada kebutuhna fisiologis dasar
akan makanan, air dan udara. Karena itu kecendrungan aktualisasi itu
memungkinkan organism hidup terus dengan membantu dan mempertahankan kebutuhan-kebutuhan
jasmani dasar.
Akan tetapi tidak terpaku pada
pengertian sempit diatas. Aktualisasi sebenarnya jauh lebih luas dan kompleks.
Dapat diambil contoh begini; Roger membandingkan perjuangan dan rasa sakit yang
terjadi ketika seorang anak belajar berjalan. Anak itu tersandung dan jatuh
serta merasa sakit. Akan lebih mudah dan kurang merasa sakit kalau tidak
berusaha untuk berdiri dan belajar berjalan. Walaupun demikian anak itu masih
terus berusaha dan akhirnya berhasil. Apa sebabnya anak itu pantang mundur ?
Rogers berpendapat bahwa kecendrungan untuk aktualisasi sebagaitenaga pendorong
adalah jauh lebih kuat daripada rasa sakit dan perjuangan serta setiap dorongan
yang ikut menghentikan usaha untuk berkembang.
Ketiika seseorang bertambah
besar, maka “diri” pun mulai berkembang. Pada saat itu pun aktualisasi yang
berupa tekanan fisiologis berubah perlahan menjadi psikologis secara bertahap. Masa
dimana aktualisasi fisiologis telah mencapai puncaknya, maka perkembangan
aktualisasi selanjutnya adalah aktualisasi psikologis yang lebih kompleks. Aktualisasi diri adalah prosese menjadi diri
sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi psikologisnya yang unik.
Rogers percaya bahwa manusia memiliki dorongan yang dibawa sejak lahir untuk
menciptakan dan bahwa hasil ciptaan yang sangat penting adalah diri orang itu
sendiri.
Perkembangan “ Diri “
Anak
anak mulai bisa membedakan antara segi pengalaman yang ada pada dirinya dan orang
lain. Segi ini dinamakan, yang digambarkan dengan bertambahnya kata “aku” atau “milikku”.
Anak membedakan antara apa yang menjadi miliknya atau bagian dirinya dengan benda lain yang ia
inderai dan ketika dia mampu membentuk suatu kesan atau gambaran tentang
dirinya, anak itu mengembangkan suatu “self-concept”.
Cara bagaimana diri itu
berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta
yang diterima anak itu dalam masa kanak-kanaknya. Pada saat awal perkembangan
anak, anak belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebutnya dengan positive regards. Positive regards merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting dan
dimiliki oleh setiap manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive regards ini. Anak puas bila
mendapat kasih saying dan cinta yang cukup tetapi bagaimanakah dengan anak yang
kekurangan kasih saying dan cinta ? Apakah anak itu akan tumbuh menjadi pribadi
yang tidak sehat ? semuanya bergantung pada sejauh manakah positive regards ini dipuaskan dengan baik.
Self concept yang berkembang sangat erat pengaruhnya dengan sosok
ibu. Sejauh manakah sang ibu memberikan positive
regards ini pada anaknya ? Apabila Ibu menolak dan selalu mencela anaknya,
anak akan berusaha merencanakan tingkah
lakunya sesuai dengan apa yang diharapkan ibunya tersebut, berarti anak
mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari oranglain, bukan dari dirinya
sendiri. Karena anak telah kecewa atas penolakan dan celaan kebutuhan akan positive regards menjadi semakin besar,
jadi anak itu harus kerja keras untuk mendapat positive regards dengan mengorbankan aktualisasi dirinya. Dalam
situasi ini kemungkinan anak akan melakaukan yang disebut dengan conditional positive regards yaitu syarat terhadap tingkah lakunya yang baik.
Dalam bahasa sederhana, anak akan mendapat cinta dan kasih saying bila
berperilaku sesuai apa yang diinginkan orang tuanya, dan ini membatasi
aktualisasi diri anak tersebut dan membuatnya resah dan cemas yang masuk dalam
kesemuan kasih sayang. Sedangkan Unconditional positive regards adalah
penghargaan positif tanpa syarat. Hal ini berkembang apabila ibu memberikan
cinta dan kasih saying tanpa memperhatikan bagaimana anak beringkah laku. Cinta
da kasih saying diberikan secara bebas. Namun tidak berarti bahwa anak
diperbolehkan melakukan apa saja yang diinginkan tanpa dinasehati.
Orang
yang Berfungsi Sepenuhnya
Maksudnya
adalah orang yang dapat mengaktualisasikan dirinya secara penuh tanpa adanya
hambatan dan bisa terus maju hingga tujuan akhir. Disini ada lima sifat orang
yang berfungsi secara penuh menurut Rogers.
1.
Keterbukaan pada pengalaman
Seseorang
yang tidak terhambat oleh syarat-syarat penghargaan, bebas untuk mengalami
semua perasaan dan sikap. Tak satu pun yang harus dilawan karena tak satu pun
mengancam. Jadi, keterbukaan terhadap pengalaman adalh lawan dari sikap defensive.
2.
Kehidupan Eksistensial
Kehodupan
yang berawal dari sebuah keterbukaan terhadap pengalaman-pengalaman, tidak
memiliki diri yang berprasangka atau tegar, tidak harus mengontrol diri atau
memanipulasi diri sehingga dengan bebas dapat berpartisipasi.
3.
Kepercayaan Terhadap Diri
Rogers
telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik lebih dapat dipercaya daripada
pikiran. Ini berarti Rogers lebih mengutamakan perasaan dibandingkan dengan
rasionalitas.
4.
Perasaan Bebas
Rogers
percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, maka semakin bebas ia
dalam memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa
adanya paksaan-paksaan atau rintangan antara alternatif.
5.
Kreativitas
Oang-orang
yang kreatif dan spontan tidak terkenal karena konformitas atau penyesuaian
diri yang pasif terhadap tekanan social dan cultural.
Sumber
:
Schultz,
Duane. (1991). Psikologi pertumbuhan: model-model kepribadian sehat.
Yogyakarta: Kanisius