HTML/JS

Rabu, 03 Juli 2013

Kaitan antara Abnormalitas dengan Konsep Motivasi, Stress dan Gender


                Kebanyakan orang mengira bahwa sesuatu yang abnormal adalah sesuatu yang biasanya minoritas karena dianggap berbeda dari kebanyakan orang. Di Indonesia berciuman di depan umum merupakan hal yang amat abnormal, atau dalam kata lain masih sangat tabu, tetapi di lain pihak seperti di Amerika berciuman di depan umum sudah menjadi hal yang lumrah. Jadi apakah batasan abnormal terletak pada mayor atau minornya suatu hal ? Dalam Islam bila seseorang mencuri maka tangannya harus di potong, di Arab mungkin ini sangat berlaku dan dianggap suatu yang normal. Tetapi menurut orang-orang Barat ini adalah sesuatu yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Jadi apakah sesuatu yang abnormal harus berdasarkan pada norma atau aturan tertentu ?
Menurut Supratiknya (1995) merumuskan konsep normal dan abnormal agak susah dikarenakan,
     1. Sulit menemukan model manusia yang ideal dan sempurna,
    2. Dalam banyak kasus tidak adanya batas-batas yang jelas antara perilaku normal dan abnormal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) abnormal adalah tidak sesuai dng keadaan yg biasa; mempunyai kelainan; tidak normal.
Sesuatu yang abnormal bisa di lihat dari kriteria-kriteria di bawah ini.

Statistika (Mayoritas, Minoritas)
Berdasarkan statistik perspektif ini bekerja, dimana semua variabel yang  di lihat didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Orang-orang normal atau kebanyakan orang berada pada bagian tengah dengan prosentase yang besar (80%), sedangkan untuk yang abnormal berada pada ujung masing-masing kurva dengan prosentase kecil (10%).

Tidak semestinya
Perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi bahgia (misalnya ditunjukkan dengan tersenyum, melompat dan tertawa) ketika berada di tengah-tengah suasana yang sedih. Respon tersebut merupakan hal yang tidak di kehendaki atau tidak semestinya.

Melanggar Norma
Perilaku abnormal ditentukan dengan menyesuaikan perilaku dengan norma yang ada di masyarakat. Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika bertentangan dengan norma yang berlaku, berarti abnormal.

Mengganggu individu (distress)
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan atau distres dan gangguan bagi individu yang mengalami. Contoh, apabila seseorang memiliki keunikan tersendiri tidak seperti rata-rata orang, misal sangat suka mencuci tangan lebih dari orang lain, tetapi yang bersangkutan tidak terganggu, maka perilakunya masih bisa dikatakan normal.

Disabilitas
Disabilitas merupakan kekurangan pada beberapa penting dalam kehidupan. Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya.Misal: disabilitas dalam hubungan perkawinan, disabilitas dalam hubungan sosial, disabilitas dalam pekerjaan, dsb.

Kaitannya dengan Konsep Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
                Bila kita mengacu pada kriteria abnormal diatas, motivasi akan menjadi sesuatu yang abnormal ketika orang yang hidup dengan motivasi tinggal bersama sejumlah orang yang hidup dengan apa adanya tanpa tujuan.  Motivasi juga bisa disebut abnormal bila motivasi itu merupakan motivasi yang destruktif. Bila kembali dalam masa penjajahan Belanda dulu, sebenarnya motivasi mereka datang ke Indonesia awalnya hanyalah untuk berdagang tetapi melihat potensi Indonesia yang begitu besar akan mereka termotivasi untuk menguasai Indonesia.
                Setiap orang sangat perlu memiliki tujuan dalam hidup dengan begitu akan ada motivasi yang muncul, karena akar dari motivasi adalah impian atau ada hal yang ingin dicapai. Keinginan yang kuat akan suatu hal sangat penting tetapi perlu dilihat juga apakah motivasi itu merugikan atau memberi manfaat untuk orang banyak. Ketika motivasi lebih banyak memberikan kerugian bagi orang banyak sebaiknya harus segera dikoreksi oleh diri kita sendiri karena kita yang memiliki pikiran sendiri.
                Motivasi yang abnormal bisa dilihat dari dua sisi yang berbeda, pada sisi positif adalah ketika seseorang bersifat oportunistik, memulai sesuatu yang baru ketika orang lain sudah nyaman dengan keadaan yang ada (stagnan). Pada sisi negatif adalah ketika seseorang termotivasi untuk mencapai tujuan dengan segala cara termasuk dengan merugikan orang lain.

Kaitannya dengan Stress
Stress merupkan sebuah gangguan yang menekan seseorang dan membuat rasa tidak enak dalam pikiran dan hati. Stress bisa memberikan efek secara fiosiologis biologis (psikosomatis), ketika seseorang sedang cemas akan lulus atau tidaknya dia dari ujian ketika itu juga ia merasa lambungnya sakit sekali, hal ini terjadi karena rasa cemas di otak menginduksi lambung agar menyekresikan cairan asam dan terjadi adalah terlalu banyaknya cairan asam dalam lambung yang bisa membuat luka pada dinding lambung. Seperti yang ada pada kriteria di atas, perilaku abnormal bisa menjadi gangguan pada seseorang apabila individu tersebut merasa terganggu, bila tidak merasa terganggu berarti normal.
Bentuk tubuh yang abnormal bisa juga jadi dasar seseorang menjadi stress ketika dia tidak bisa menerima pemberian dari Allah SWT. Karena sesungguhnya kunci kebahagiaan ada pada rasa syukur kita atas pemberian-Nya, bukan harta bukan uang. Ketika seseorang memiliki abnormalitas pada panca inderanya juga bisa menjadi dasar stress, sama seperti di atas. Berbeda dari yang lain seharusnya tidak menjadikan seseorang menjadi lemah. Percaya atau tidak sebenarnya sesuatu yang istimewa adalah sesuatu yang sedikit dengan kata lain abnormal. Itu lah yang harus di jadikan sandar untuk keluar dari stress yang sering datang.

Kaitannya dengan Gender
                Abnormalitas gender seperti waria dan tomboy, karena seharusnya lelaki berperan sebagai lelaki dan perempuan berperan sebagai perempuan. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sebenarnya ini terjadi karena banyak dari  mereka tidak mengerti akan peran mereka, yang bila di usut juga mungkin karena pendidikan keluarga yang menghendaki terlalu menginginkan anak laki-laki atau perempuan sehingga mempengaruhi pendidikan yang diberikan, lingkungan yang terlalu menghendaki sikap sebagai peria atau wanita, dan juga karena tidak bersuykur atas pemberian yang dikan-Nya.
                Benang merah antara abnormalitas dengan gender jelas pada objeknya yaitu waria (pria yang seperti wanita) dan tomboy (wanita yang seperti pria) karena bila dirujuk sesuai dengan kriteria abnormal diatas, mereka masuk dalam kelompok minoritas, yang jumlahnya sedikit. Bila tidatanya melanggar norma atau tidak tentu melanggar bila ia adalah seorang muslim, karena islam hanya mengenal Pria saja dan wanita saja. Tetapi bila dilihat berdasarkan mengganggu (stress) atau tidak mungkin nilai nya bisa menjadi relatif karena semua itu bergantung pada kemauan individu tersebut.

Referensi:
 http://kamusbahasaindonesia.org/abnormal#ixzz2Y20DQV6B, di akses terakhir tanggal 4 Juli 2013
http://tyanisa12.blogspot.com/2012/02/pengertian-dan-ciri-ciri-psikologi.html, di akses terakhir tanggal 4 Juli 2013
http://indonesiapsikologi.blogspot.com, diakses terakhir tanggal 4 Juli 2013